BANJAR GETAS
D isebuah kerajaan kecil, di belahan timur pulau Lombok, yang kerajaan tersebut bernama Berenge. Yang rajanya
terkenal beringas, tidak mempunyai rasa keperimanusiaan, ia bertangan besi.
Sedikit kesalahan yang dilaakukan rakyatnya maka kematianlah yang akan
diterima. Itu sebabnya Raja tersebut dijuluki raja berkepala babi.
Suatu malam, ketika istrinya sedang hamil tua, maka ia
bermimpi tumbuhnya sepohon pinang di depan pintu rumahnya yang menjulang tinggi
dengan pancaran sinar terang di atasnya.
Maka, keesokan harinya dikumpulkannya para ahli nujum yang ada disekitar kerajaan
tersebut, ditanyalah satu persatu arti daripada mimpi itu.
Mereka menjawab dengan jawaban yang hampir sama. Bahwa kelak,
disuatu masa, akan ada seorang pria yang akan menandingi paduka. Sang raja
berkepala babi terkejut mendengar jawaban itu.
Segeralah sang raja memerintahkan para punggawa kerajaan
untuk mengumpulkan semua rakyat kerajaan Berenge di alun-alun. Diumumkanlah
kepada mereka, bagi yang muda-mudi untu tidak boleh kawin dan bagi mereka yang
sudah kawin untuk tidak boleh berhubungan intim dengan suami istri. Kematianlah
akibatnya bagi siapapun yang melanggarnya.
Malang nasib bagi mereka yang ketahuan hamil, mereka
diadu sesama yang hamil , bagaikan ayam aduan di tenagah padang diantara
keramaian orang, bagi yang kalah/mati maka dia dibuang ketengah sungai hinggga
hanyut dan yang menang diadu lagi dengan yang hamil lainnya.
Melihat sikap raja yang semena-mena itu, maka para tokoh
kerajaan, baik yang berasal dari Beleke, Lekor, Terentem, ataupun
kerajaan-kerajaan kecil yang ada disekitarnya seara diam-diam sepakat untuk
membunuh sang raja yang dzalim.
Terjadilah pembunuhan sang raja melalui taktik yang tidak
pernah disangkanya.
Di sore hari, diundanglah sang raja oleh tokoh-tokoh yang
berasal dari Beleke ke suatu acara, dimana ditempat itu telah disediakan sebuah
perangkap berupa sebuah sumur besar dan dalam yang diatasnya ditutup dengan
kayu rapuh yang diselimuti oleh kain permadi yang mewah nan elegant.
Singkat cerita, tibalah sang raja, duduklah sang raja
diatas permadi tersebut. tidak berselang
kemudian, disaat sang raja lagi enaknya mencicipi sebuah hidanagan, maka ,
patahlah bingkai sumur yang terbuat dari kayu rapuh tersebut. Tamatlah riwayat
sang raja berkepala babi setelah dia terjerumus kedalam perangkap yang telah
dibuat dan langsung dikubur hidup-hidup didalam sumur tersebut.
Waktu berlalu begitu cepat, hari berganti minggu, hingga
tak terasa berberapa bulan terlewatkan. Sang bayi yang masih dalam kandungan
istri mendiang semakin dekat dengan hari-hari kelahirannya. Oleh karena masih
teriris rasa luka akibat tingkah raja yang dzalim, maka para punggawa beserta
seluruh rakyat kerajaan Berenge sepakat untuk membunuh sang bayi yang akan
segera lahir. Ditakutinya apabila kelak ia akan mewarisi watak mendiang
ayahnya.
Ditemukanlah suatu siasat/ide agar jangan terjadi
pembantaian secara tidak manusiawi seperti yang pernah dilakukan ayahnya/raja
berkepala babi.
Seminggu menjelang kelahirannya, dibuatlah sebuah peti
sebagai tempat ditaruhnya sang bayi untuk kemudian dihanyutkan di sungai Berenge.
Sang bayi pun lahir dengan wajah yang bersinar terang,
tapi apa boleh buat, mau tidak mau, bayi itupun lalu ditaruhlah di sebuah peti
yang sudah disediakan dan kemudian dihanyutkannya
ke tengah sungai Berenge.
Secara perlahan, hanyutlah peti tersebut terbawa arus
sungai yang mengalir deras menuju laut selatan yaitu laut Serewe. Beberapa hari
kemudian, tibalah peti tersebut dilaut itu.
Brsama tiupan angin selatan, peti tersebut dibawa secara
perlahan bersama ombak menuju arah utara.
Hari demi hari, minggu berganti bulan, dikisahkan bahwa
peti tersebut tibalah di laut banjar masin, peti tersebut ditemukan oleh
seorang nelayan lalu dibawanyalah pulang dan diserahkan peti tersebut kepada
sang raja.
Karena diselimuti rasa penasaran yang besar, dibukalah
peti tersebut dengan menggunakan kapak hingga terlukalah bibir bagian atas sang
bayi. Sang raja kaget,heran dan menyesal karena telah membuka peti itu
menggunakan kapak, sang raja tidak meyangka bahwa isi peti tersebut adalah
seorang bayi . Tapi apalah artinya sebuah penyesalan, nasi sudah menjadi bubur.
Diberilah nama bayi itu dengan nama Banjar Getas. Banjar artinya sebuah negeri
dimana ia ditemukan, sedangkan Getas artinya
putus.
Banjar Getas, hiduplah ia ditengah-tengah keluarga
kerajaan yang diasuh oleh istri raja yang tidak bisa melahirkan anak (mandul).
Setelah Banjar Getas beranjak dewasa, bermimpilah sang
raja,akan tumbuhnya sepohon pinang didepan pintunya menjulang tinggi dan bersiar
terang diatasnya. Ternyata, mimpinya sama dengan mendiang ayahnya yang dikenal
dengan manusia berkepala babi.
Sang raja pun memenggil para ahli nujum untuk memberi
tahunya apa arti dari mimpinya, mendengar penjelasan dari para ahli nujum yang
ada dikerajaan itu, maka diusirlah Banjar Getas walupun istri raja tidak
menyetujuinya karena sang istri sudah menganggap sebagai anak sendiri.
Keluarlah Banjar Getas dari kerajaan itu, menyusuri hutan
belantara menuju laut dimana ia pertama kali ditemukan. Berlayarlah ia dengan
menumpangi sebatang pohon besar. Ia tidak tahu kemana ia harus pergi, hanyalah
pasrah kepada ombak dan angin kan menuntunnya.
Beberapa bulan kemudian, terdamparlah ia di pantai Ampenan
yaitu pantai barat tanah sasak. Karena rasa lelah, ia menyandarkan tubuhnya disebuah batu karang pinggir pantai
dan kemudian melanjutkan perjalannya ke arah timur.
Beberapa minggu keudian, ditengah perjalanan, terlihatlah
kerumunan masa. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Karena rasa penasaran,
langkahnya semakin dipercepat bahkan ia berlari kencang. Setelah tiba
dikerumunan itu, ia tahu bahwa itu adalah sebuah peperangan antara Bali dan
Kerajaan Pajanggik. Pejanggik tidak pernah meyukai akan penguasaan kerajaan
Bali,krajaan Bali yang sealau mencoba untuk menguasai Lombok. Apalah daya,
disaat perang itu terjadi, tentara Bali mendapatkan bantuan dari Praya dan
Kopang. Melihat keadaan yang tidak seimbang itu, maka dengan gagah berani sang
pemuda yang bernama Banjar Getas, menghentakkan kakinya sekuat tenaga dan
berteriak sehingga membuat tentara Bali tercecer berlarian tidak searah.
Perang itu terjadi disebuah padang luas tanpa pohon dan
penghuni. Padang itu disebut Suwung, yang sekarang dikenal dengan nama Puyung.
Puyung artinya sepi atau suwung.
Maka, dibawalah Banjar Getas oleh raja Pejanggik ke
kerajaan Pejanggik, diangkatlah ia sedagai patih
kerajaan.................................................................................................
NB : Cerita ini tidak sepenuhnya benar karena cerita rakyat yang diceritakan
dari lisan ke lisan, dan cerita ini belum berakhir alias komplit,,,,,,,
hehehe..........
Thanks to :
No comments:
Post a Comment